• Jelajahi

    Copyright © Kumpulan Artikel Islami
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Tujuh Petuah Seorang Ayah

    UJ Official
    Jumat, 29 Mei 2015, 09.51 WIB Last Updated 2015-06-27T06:50:52Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Sang ayah yang diabadikan namanya karena upaya pendidikan keluarga yang luar biasa adalah Lukman al-Hakim. Ungkapannya yang santun dan menyentuh hati, yaitu yaa bunayya (wahai anakku) diulang tiga kali.
    Petuahnya untuk bertauhid, berbakti kepada orang tua, melakukan kebaikan sekecil apa pun, mendirikan shalat, sabar, amar makruf nahi mungkar, dan jangan meremehkan manusia diabadikan dalam surah Lukman ayat 12-19 agar kita mengambil hikmahnya.

    Begitu pun sang ayah, Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ya’kub AS menyapa dengan tutur kata yang lembut, yaa baniyya (wahai anak-anakku), untuk menanamkan akidah tauhid (QS al-Baqarah [2]: 132). Nabi Yakub AS juga menyapa anaknya Nabi Yusuf AS dengan panggilan, yaa bunayya (QS Yusuf [12]:5,67,87).

    Di pengujung hidupnya, ia mengevaluasi proses pendidikan tersebut dengan bertanya, “maa ta’buduuna min ba’dii” (apa yang kalian sembah setelah aku mati)? Mereka menjawab dengan tegas, yakni menyembah Tuhan Yang Esa, Allah SWT (QS al-Baqarah [2]:133). Beliau pun ter senyum hingga ajal menjemput.


    Sang ayah, Nabi Nuh AS, juga memberi pelajaran berharga. Perjuangannya mendidik anak lahir batin belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Konon, ketika banjir bandang menenggelamkan daratan, Nabi Nuh masih memanggil penuh harap dan sayang anaknya, Kan’an, “Yaa bunayya, masuklah ke dalam perahu bersama kami.”
    Namun, Kan’an tetap tak mau mengikuti seruan ayahnya hingga tenggelam dihantam ombak besar dalam kekafiran (QS Hud [11]:42-44). Beliau memberi pelajaran berharga, yakni walau anak menjadi fitnah dan musuh yang menyesakkan dada, ia tak boleh berputus asa.

    Bagi para ayah, tujuh petuah berikut ini bisa jadi rujukan. Pertama, “Wahai anakku, agama laksana petunjuk jalan menelusuri kehidupan.” Kedua, “Wahai anakku, ilmu laksana cahaya yang menyinari di kegelapan malam.” Ketiga, “Wahai anakku, harta laksana hiburan menyenangkan dalam pertunjukan.” Keempat, “Wahai anakku, berbagi laksana air yang mengaliri pepohonan lalu berbuah dan dimakan oleh yang membutuhkan.”

    Kelima, “Wahai anakku, cinta laksana sekuntum bunga dalam hati yang diliputi kerinduan.” Keenam, “Wahai anakku, seni laksana simponi keindahan Ilahi dalam jiwa.” Ketujuh, “Wahai anakku, adab (akhlak) laksana mahkota kemuliaan tanpa memandang keturunan.” Wallahu a’lam bish-shawab.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +